Untar turut berkolaborasi dalam Konferensi Internasional Tentang Keberlanjutan, Lingkungan, dan Teknologi yang pertama atau The First International Conference on Sustainability, Environment and Technology (IC-SET 2024), Jumat (23/8/2024). Acara dilaksanakan secara hybrid, online melalui Zoom Meeting dan offline langsung dari Fakultas Humaniora Universitas Eötvös Loránd (ELTE), Budapest.
Konferensi ini membahas isu-isu terkini tentang teknologi, lingkungan, pembangunan, dan pendidikan berkelanjutan dalam dekade transformasi. Berbagai pendekatan multidisipliner para pembicara yang berasal dari mancanegara, memperkaya pembahasan seminar menjadi sangat menarik.
Untar, dalam hal ini diwakili oleh Kepala Kantor Humas Dr. Dra. Paula Tjatoerwidya Anggarina, M.M. berperan aktif sebagai salah satu pembicara utama yang memaparkan “Peran Perguruan Tinggi Swasta Indonesia dalam Mewujudkan Pendidikan Inklusif dan Berkelanjutan Melalui Public Relations.”
Dalam paparannya, Paula menyebutkan bahwa terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi reputasi Perguruan Tinggi Swasta (PTS) untuk menjamin keberlanjutan. PTS dapat memberdayakan organisasi Public Relations dalam membangun reputasi melalui pengelolaan informasi dan komunikasi kepada seluruh pemangku kepentingan internal dan eksternal.
“PTS harus membangun reputasi untuk keberlanjutan dengan memfokuskan pada faktor-faktor yang dapat mendorong reputasi melalui pengelolaan informasi dan komunikasi,” sambungnya.
Faktor-faktor yang dapat memengaruhi reputasi PTS antara lain perolehan akreditasi dan kampus yang inklusif. Kedua hal tersebut menjadi poin penting yang harus diperhatikan PTS.
Akreditasi harus diperhatikan oleh PTS sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada publik dan merupakan perangkat untuk mengevaluasi kelayakan serta kualitas perguruan tinggi. Selain itu, perguruan tinggi perlu menciptakan suasana yang ramah disabilitas dan mengedepankan kesetaraan.
“Perolehan akreditasi sangat penting untuk menjamin keberlanjutan PTS agar dapat terus berperan menghasilkan SDM berkualitas yang memiliki toleransi terhadap keberagaman,” tambah Paula.
Selain akreditasi, kampus yang inklusif juga harus mendapat perhatian. Ciptakan lingkungan kampus yang mudah diakses oleh semua mahasiswa, termasuk yang berkebutuhan khusus dengan menyediakan sarana prasarana yang memadai seperti lahan parkir khusus, lift yang dapat mengeluarkan suara, selasar miring (ramp), dan lain sebagainya. Selain itu, suasana akademiknya juga harus mendukung dengan menyiapkan kurikulum dan tenaga pengajar yang memiliki keterampilan khusus.
Untuk mewujudkan kampus yang inklusif, dibutuhkan kemauan dan kemampuan dalam hal pendanaan. Sehingga pendidikan untuk semua kalangan dengan kesetaraan di tingkat nasional dan internasional dapat dicapai.
Tak hanya keynote speaker (pembicara utama) dari tanah air, terdapat juga keynote speaker dari mancanegara yang turut membawakan subtema tertentu menurut keahliannya masing-masing.
Kepala Pusat Ekonomi Internasional dan Hubungan Internasional, Mathias Corvinus Collegium Dr. Csaba Boldicz membawakan topik: “Kompetisi Teknologi di Dunia: Tantangan dan Arah Masa Depan”, Rektor Universitas LIA Dr. Siti Yulidhar Harunasari, M.Pd., dengan topik: “Mengintegrasikan Teknologi untuk Pendidikan Berkelanjutan”, dan Ketua PPI Hongaria 2024/2025 Haekal Al Asyari, S.H., LL.M., dengan topik: ”Memberdayakan Perubahan: Peran Penting Mahasiswa dalam Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan”
Acara ini dipandu oleh moderator seorang Duta The Association of Hungarian PhD and DLA Students (DOSZ) Indonesia, Sekolah Doktoral Pendidikan, Universitas Szeged Rizvika Rahmita S., Ph.D. (Cand) dan Asrul Ibrahim Nur, Ph.D. (Cand) dari Sekolah Doktoral Studi Hukum Gezá Marton dan diikuti oleh seluruh masyarakat dari berbagai negara. (LA/PA/KJ)
Kata kunci: Tridarma Perguruan Tinggi (Penelitian), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 9 (Industri, Inovasi dan Infrastruktur), SDG 11 (Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan), SDG 17 (Kemitraan untuk Mencapai Tujuan), SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)