Membaca Zaman: Pembicara dalam acara Semangat Awal Tahun 2025 adalah Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Satryo Soemantri Brodjonegoro (tengah), Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian (kedua dari kiri), Salman Subakat selaku Co-founder Paragoncorp dan CEO NSEI (kanan), serta moderator Satria Permana dari IDN Times / AJ
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Satryo Soemantri Brodjonegoro, mengajak mahasiswa dan lulusan perguruan tinggi untuk menjadikan membaca dan belajar sebagai kebiasaan jika ingin sukses di dunia kerja.
“Jadikan membaca sebagai habit (kebiasaan), bahkan learning (belajar) juga harus menjadi habit. Kita harus mampu belajar sepanjang hayat,” ujar Satryo dalam acara “Semangat Awal Tahun 2025” yang diselenggarakan oleh IDN Times di kantor pusat IDN, Jakarta, Kamis (16/1/2025).
Ajakan tersebut disampaikan Satryo, yang merupakan alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) dan Universitas California, Berkeley, setelah dirinya berdiskusi dengan ratusan chief executive officer (CEO) perusahaan besar. Dalam diskusi tersebut, CEO-CEO itu mengungkapkan rendahnya kemampuan lulusan perguruan tinggi di Indonesia dalam memahami bacaan.
Sebelumnya, pidato Satryo di hadapan Forum Rektor sempat viral di media sosial. Dalam video tersebut, mantan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi periode 1999–2007 ini mengungkapkan empat kelemahan lulusan sarjana strata satu (S1), yaitu kemampuan membaca, menulis, etos kerja, dan komunikasi.
“Membaca itu bukan sekadar mengeja, tetapi memahami isi sebuah paragraf. Karena tidak mampu membaca dengan baik, mereka juga tidak bisa menulis. Etos kerja (work habit) sering kali buruk, dan kemampuan komunikasi juga rendah. Akibatnya, mereka sulit bekerja dalam tim (teamwork),” tegas Satryo.
Dalam acara yang sama, Ketua Komisi X DPR RI, Hetifah Sjaifudian, menyatakan bahwa Komisi X yang membidangi pendidikan serta riset dan teknologi mendukung upaya Kemendiktisaintek untuk melakukan berbagai perubahan guna mengatasi kelemahan-kelemahan di dunia pendidikan tinggi.
“Perubahan itu wajib dilakukan, tetapi apa yang sudah baik tetap perlu dipertahankan dan ditingkatkan,” ujar Hetifah yang juga merupakan alumni ITB.
Sementara itu, Salman Subakat, co-founder Paragoncorp dan CEO NSEI, menyarankan perguruan tinggi untuk berkolaborasi dengan perusahaan-perusahaan dalam membangun lembaga riset dan pengembangan (research and development atau RnD) guna mempersiapkan lulusan menghadapi dunia kerja.
“Mahasiswa bisa menggunakan lembaga-lembaga RnD sebagai tempat belajar. Dunia bisnis sangat membutuhkan RnD,” kata Salman.
Acara bincang-bincang yang menyambut awal tahun ini juga dihadiri oleh perwakilan dari beberapa perguruan tinggi, termasuk Universitas Tarumanagara. (AJ/YS/VC)