Dok: FTI Untar – Fikhi Maulana
Kesempatan untuk bertukar ilmu dan mendapatkan wawasan baru menjadi peluang berharga bagi para mahasiswa untuk memperluas pengetahuan dan jaringan internasional. Hal ini dapat membuka pintu menuju kesempatan akademik yang lebih besar, termasuk beasiswa dan proyek penelitian lintas negara.
Hal tersebut disampaikan Dekan Fakultas Teknologi Informasi (FTI) Untar Prof. Dr. Ir. Dyah Erny Herwindiati, M.Si. saat memberikan sambutan dalam kuliah tamu, Jumat (27/9/2024) di Ruang Seminar, Gedung R Lt. 11, Kampus I Untar.
“Fakultas sangat terbuka terhadap peluang kolaborasi internasional bagi dosen dan mahasiswa, guna memperkuat jaringan akademik dan meningkatkan kualitas penelitian,” tambahnya.
Kegiatan ini diselenggarakan FTI Untar dengan topik “Anger, Sadness, Fear or Disgust: Challenges of Emotional Distress and Misinformation on Social Media”. Sebagai dosen tamu Prof. Dr. Budi Nurani Ruchjana dari Universitas Padjadjaran dan Vivian Mantz, M.A. dari University of Potsdam, Jerman.
Dalam paparannya, Budi menekankan pentingnya semangat dan motivasi diri dalam dunia akademik, terutama dalam upaya mendapatkan pendanaan atau hibah penelitian. Ia mendorong para dosen dan mahasiswa untuk tidak takut gagal dan terus berani mengeksplorasi.
“Jangan hanya berpikir soal uang, tetapi fokuslah pada pengalaman dan jaringan yang dibangun melalui penelitian. Ini merupakan aset yang tak ternilai harganya,” ungkapnya.
Budi juga berharap agar kolaborasi antaruniversitas, khususnya dalam penelitian, dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat yang luas bagi semua pihak.
Sementara itu, Vivian memaparkan penelitiannya yang membahas analisis emosional berdasarkan cuitan pada platform Twitter. Penelitian ini melibatkan tiga bidang ilmu, yaitu cognitive computing, emotion theories, dan natural language processing (NLP) terkait analisis sentimen.
Menurut teori emosi dasar Ekman (1980), terdapat enam emosi fisiologis utama yang dapat dilacak dan diekspresikan manusia, yaitu anger, fear, disgust, sadness, joy, dan surprise. Vivian menganalisis bagaimana emosi ini diekspresikan melalui kata-kata dalam cuitan di Twitter.
Namun, ia juga menyoroti tantangan dalam mengenali emosi yang kadang tersamar oleh bentuk komunikasi seperti sarkasme.
“Bahasa dan komunikasi adalah sistem kompleks yang menggambarkan emosi serta memberikan petunjuk tentang aktivitas kognitif, opini, dan pendekatan seseorang,” jelasnya.
Lebih lanjut, Vivian menekankan bahwa tindakan komunikasi di media sosial, baik produksi maupun konsumsi, menjadi proses emosional yang saling bertukar dan menantang bagi kesehatan mental. Ia juga menyatakan bahwa masih dibutuhkan lebih banyak penelitian terkait tantangan kesehatan mental di dunia daring, khususnya selama komunikasi krisis.
“Bahasa dan komunikasi bisa menjadi salah satu sumber paling andal untuk mengindikasikan aktivitas kognitif dan harus digunakan sebagai variabel yang konsisten,” tutupnya.
Kuliah tamu ini dihadiri lebih dari 100 peserta yang terdiri atas pimpinan, dosen, dan mahasiswa FTI Untar. (KJ/YS/KJ)