Dok: Humas Untar – VH
Developmental Language Disorder (DLD) merupakan kondisi di mana seseorang mengalami kesulitan dalam memahami dan menggunakan bahasa secara efektif tanpa adanya gangguan fisik yang mendasari. Kondisi ini dapat memengaruhi berbagai dasar kemampuan berbahasa, seperti membaca, menulis, berbicara, dan mendengar.
Sering terlihat pada anak-anak, gangguan perkembangan berbahasa dapat berdampak pada masalah sosial dan emosional anak. Kondisi ini juga dapat terjadi pada mekanisme kognitif untuk perkembangan bahasa, seperti perhatian, memori, dan pengendalian diri. Oleh karena itu, neuropsikologi memiliki peran penting dalam membantu memahami permasalahan yang dihadapi.
Hal tersebut dipaparkan Prof. Constance T.W.M. Vissers saat memberikan materi untuk webinar internasional.
Kegiatan ini hasil kolaborasi Fakultas Psikologi (FPsi) Untar dan Radboud University, Nijmegen, the Netherlands yang berlangsung secara daring, Jumat (27/9/2024).
Mengangkat tema pembahasan “An Introduction to a Neuropsychological Perspective on Developmental Language Disorder”, inisiatif antara dua universitas ini menghadirkan profesor dan dosen dari Radboud University sebagai narasumber.
Materi pembahasan yang disampaikan Prof. Constance berfokus pada “Introduction to the Neuropsychological Perspective on Communication Disabilities”.
Dijelaskannya, model neuropsikologis yang menunjukkan bahwa perilaku anak akan mencerminkan fungsi otak. Ini memungkinkan terbentuknya kemampuan kognitif tertentu karena berperan sebagai perantara antara tindakan dan fungsi otak, termasuk pemrosesan informasi dan pengendalian perilaku.
Penelitian mengenai fungsi kognitif dapat memberikan wawasan tentang cara kerja otak terkait dengan proses berpikir dan bertindak. Sehingga, perbedaan sifat dan tingkat keparahan setiap anak dengan DLD dapat dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti keberagaman kualitas hidup, pengalaman, hingga permasalahan sosial dan emosional yang dihadapi. Selain itu, faktor genetik juga memiliki pengaruh besar terhadap DLD.
Lebih lanjut, Prof. Constance menegaskan pentingnya pendekatan multidisiplin dalam menangani DLD. Penelitian longitudinal yang mendalam membantu kita memahami dampak gangguan awal dalam perkembangan bahasa terhadap perkembangan anak di masa depan.
Webinar ini mengundang juga pembicara lain dengan topiknya masing-masing. “Inner Speech in Children with Developmental Language Disorder” yang dibawakan oleh Thomas Camminga, Ph.D. (Cand)., “Executive Functioning and Narrative Ability in Developmental Language Disorder (DLD)” oleh Lonneke Janssen, Ph.D. (Cand)., serta Resilience, Adverse Childhood Experiences in Deafness or Hard of Hearing (DHH) oleh Len Martijn, Ph.D. (Cand).
Menjadi bagian dari rangkaian kerja sama FPsi Untar dengan beberapa kampus di Indonesia, Dekan FPsi Untar Sri Tiatri, Ph.D., Psikolog, berharap webinar yang diikuti lebih dari 300 mahasiswa dan dosen ini dapat memberikan pengalaman serta wawasan bagi audiens. (CS/YS/KJ)