Dok: Reuters – Jennifer Lorenzini
Indonesia mencatat sejarah baru dalam Paralimpiade 2024 di Paris dengan torehan 14 medali, pencapaian tertinggi sepanjang keikutsertaan bangsa ini di ajang olahraga internasional terbesar untuk atlet penyandang disabilitas. Indonesia mulai ikut serta Paralimpiade tahun 1976 di Toronto.
Para pejuang olahraga Indonesia yang berlaga berhasil membawa pulang satu medali emas, delapan perak, dan lima perunggu, mengukuhkan posisi Indonesia sebagai salah satu negara dengan perkembangan signifikan dalam dunia olahraga disabilitas.
Pencapaian ini menjadi simbol perjuangan dan semangat tak kenal lelah para atlet yang tidak hanya mewakili negara, tetapi juga membuktikan bahwa keterbatasan fisik bukan penghalang untuk meraih prestasi di panggung dunia.
Salah satu momen puncak terjadi di cabang bulu tangkis pada Senin (2/9/2024), saat pasangan Hikmat Ramdani dan Leani Ratri Oktila meraih emas pertama di Paralimpiade 2024 bagi Indonesia.
Selain itu, atlet atletik Saptoyogo Purnomo juga menjadi satu-satunya atlet Asia yang lolos ke babak final 100 meter putra T37, meraih perak pada Jumat (30/8/2024).
Paralimpiade merupakan ajang olahraga internasional yang diperuntukkan bagi atlet penyandang disabilitas dari seluruh dunia. Diadakan pertama kali di Roma pada tahun 1960, ajang ini bertujuan memberikan kesempatan kepada para atlet dengan keterbatasan fisik, visual, dan intelektual untuk bersaing dalam berbagai cabang olahraga, serupa dengan Olimpiade.
Ajang ini diselenggarakan setiap empat tahun sekali dan telah berkembang menjadi salah satu acara olahraga terbesar di dunia. Paralimpiade 2024 berlangsung sejak Rabu (28/8/2024) hingga Minggu (8/9/2024) di Paris.
Tahun ini, Indonesia mengirimkan 35 atlet, terdiri atas 20 putra dan 15 putri yang berkompetisi di 10 cabang olahraga, di antaranya bulu tangkis, panahan, atletik, boccia, judo, angkat besi, renang, menembak, balap sepeda, hingga tenis meja. Jumlah ini meningkat dibandingkan 23 atlet yang berlaga di Paralimpiade 2020 di Tokyo.
Bulu tangkis menjadi andalan Indonesia dengan raihan 8 medali yang terdiri atas 1 emas, 4 perak, dan 3 perunggu. Diikuti cabang boccia yang meraih 4 medali, terdiri atas 2 perak dan 2 perunggu, serta cabang atletik yang menyumbang 2 perak.
Prestasi ini mengukuhkan komitmen Indonesia dalam mendukung perkembangan olahraga disabilitas. Dengan meningkatnya jumlah atlet yang berkompetisi dan peningkatan fasilitas, Indonesia berharap terus berkiprah lebih jauh di ajang internasional.
Pencapaian ini tidak hanya menjadi kebanggaan bagi para atlet dan pelatih, tetapi juga menginspirasi masyarakat luas bahwa keterbatasan fisik bukanlah suatu halangan untuk meraih prestasi gemilang. Ini menjadi bukti bahwa semangat dan tekad kuat dapat mengatasi segala tantangan.
Untar sebagai Perguruan Tinggi Inklusif
Keberhasilan kontingen Indonesia sekali lagi membuka mata kita bahwa sesungguhnya meraih prestasi untuk membanggakan nama Indonesia dapat dilakukan oleh setiap warga negara. Selain itu tentunya setiap individu pun berhak untuk meraih mimpi terlepas dari keterbatasan yang dimilikinya.
Sejalan dengan hal tersebut, Untar sebagai perguruan tinggi yang siap masuk dalam kampus kelas dunia memberi kesempatan bagi siapa pun untuk mendapat pendidikan yang berkualitas. Upaya ini telah dibuktikan dengan berhasil meraih penghargaan 4-Star dari Quacquarelli Symonds (QS) Rating sebagai kampus yang inklusif. Komitmen Untar ini diwujudkan dengan memberikan perhatian kepada semua kalangan, termasuk yang memiliki keterbatasan fisik.
Berbagai fasilitas pun disiapkan Untar untuk mendukung mahasiswa penyandang disabilitas agar dapat beraktivitas dan menjalani perkuliahan dengan optimal.
Hal ini sejalan dengan semangat Paralimpiade yang menginspirasi bahwa keterbatasan fisik bukanlah suatu halangan untuk meraih prestasi di berbagai bidang, termasuk pendidikan.
Mari kita terus dukung para atlet disabilitas untuk terus berkarya dan mengharumkan nama bangsa di kancah internasional. Indonesia telah membuktikan, bahwa dalam kondisi apapun, Merah Putih dapat terus berkibar dengan penuh kebanggaan! (KJ/YS/KJ)
Kata kunci: Tridarma Perguruan Tinggi (Pendidikan), SDG 4 (Pendidikan Berkualitas), SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), SDG 10 (Berkurangnya Kesenjangan), SDGs (Tujuan Pembangunan Berkelanjutan)