Untuk mendorong usaha Batik sebagai andalan ekonomi Indonesia di tingkat dunia, Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) Untar bekerjasama dengan SMA/K Tarakanita mengadakan workshop “Pengembangan Desain Batik dalam Sarana Edukasi dan Ekonomi Kreatif”. Menghadirkan Mariana, S.Ds., M.Ars., Drs. Stephanus Dwiyanto, M.Hum., Toto Mujio Mukmin, S.Sn., M.Hum., Siti Nurannisa Prama Bekti, S.Sn., M.Pd. sebagai narasumber yang dimoderatori oleh Anastasia Cinthya Gani, S.Ds., M.Ars., diikuti lebih dari 300 peserta secara daring, pada Rabu (9/6).
Dekan FSRD Kurnia Setiawan, S.Sn., M.Hum. melalui sambutannya menyampaikan, “Design batik dalam sarana edukasi dan ekonomi kreatif merupakan hal penting yang harus diterapkan. Batik menjadi kekayaan dan warisan budaya Indonesia yang sudah menyebar luas ke seluruh mancanegara, oleh karenanya kita harus mengenal lebih baik dan lebih jauh tentang batik. Di era pandemi ini kita perlu bersyukur, dengan kolaborasi yang tepat, workshop dapat terlaksana,” jelasnya.
“Batik merupakan warisan asli Indonesia yang perlu dilestarikan dan banggakan. Dari Sabang sampai Merauke banyak sekali motif batik yang berbeda-beda. Melalui pemaparan narasumber, diharapkan kita dapat semakin paham akan kepentingan menjaga dan mencintai keistimewaan batik Indonesia,” ujar Kepala Sub Bidang Kesiswaan Yayasan Tarakanita, Drs. Yulius Aris Singgih Sunarya, M.Pd.
Elemen & Prinsip Dasar Desain dijelaskan oleh Dosen FSRD Mariana, S.Ds., M.Ars., “Ketika ingin merancang atau mendesain sesuatu, harus mengenal dasarnya terlebih dahulu dan hal ini berlaku bagi pembuatan desain batik. Dalam desain, dikenal 7 elemen penting yaitu titik, garis, bidang, pola ruang, tekstur, dan warna. Adapun 7 prinsip penting dalam pengelolaan yaitu; kesatuan, variasi, keseimbangan, irama, fokus, proporsi, dan skala. Ketika memahami secara menyeluruh maka akan memudahkan proses pembuatan hingga perancangan visual, khususnya pembuatan desain batik,” jelasnya.
Dosen FSRD lainnya, Drs. Stephanus Dwiyanto, M.Hum. melalui paparan materi berjudul “Penerapan Motif dan Pola Pada Kain Batik” menjelaskan, “Batik berawal dari kata amba/luas/titik yang artinya membuat titik di kain yang luas. Dalam membuat batik, harus diketahui tekniknya terlebih dahulu, antara lain menentukan tema, mencari ide, menentukan pola yang mendukung tema, menggambar motif sesuai tema, memindahkan gambar ke dalam kain, menuangkan lilin dengan media canting, membuat pewarnaan, dan menghilangkan lilin dari kain. Dalam penerapannya pun harus mengetahui jenis motif sesuai latar belakang penciptaannya,” jelasnya.
Toto Mujio Mukmin, S.Sn., M.Hum. menceritakan Cara Mudah Membuat Motif Batik Kontemporer kepada para siswa. “Kenapa ada hari batik nasional? Ini adalah pertanyaan mudah namun penting untuk diketahui, sama halnya dengan menggunakan pakaian batik minimal satu hari dalam seminggu. Eksistensi batik merupakan kesatuan proses dan karya kontemporer. Batik kontemporer lebih mengutamakan pewarnaan bersifat gradasi, yang menghasilkan perpaduan warna indah dan menyatu antara warna satu dengan lainnya. Dalam proses perancangan terbagi dua yaitu secara digital (vector dan pixel) dan manual (cat air dan sebagainya),” ujar Dosen FSRD DKV tersebut.
Setelah penjelasan terkait batik dan proses produksinya, Siti Nurannisa Prama Bekti, S.Sn., M.Pd. berbagi tips bagaimana cara melakukan promosi agar karya kita semakin dikenal masyarakat luas. “Dalam berkarya bukan hanya self branding tapi karyanya harus di branding. Salah satu caranya membuat karya dengan visi untuk berbagi, berkontribusi, serta menyenangkan orang lain. Ada 4 hal penting yang perlu diperhatikan saat akan memperkenalkan karya kepada masyarakat luas yaitu ide yang menarik, tempat untuk menjual, menunjukan arti dan cerita serta mempromosikan melalui platform media online. Dengan mengaplikasikan 4 hal ini dapat membantu memperkenalkan karya yang sudah dibuat agar dikenal oleh masyarakat luas,” jelasnya. -SS-
-JS-
9 Juni 2021, KS, PKM.