Pilih Laman
Semarak Dies Natalis Fikom

26 Juni 2020

Oleh: Humas UNTAR

3

Ada yang unik dalam webinar yang diadakan  Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Untar kali ini.

Webinar bertema “Gamers: Dari Hobi Jadi Profesi” dalam rangka Dies Natalis Fikom Untar ke-14, pada Rabu (24/6), mendatangkan narasumber dari alumni dan mahasiswa Fikom sendiri yang menjadi pelaku aktif dalam industri yang berkembang pesat ini yaitu Yohanes Williem “Okem”, Meidy “Diamond” Safira, Abdillah “Fearless” Ilhaq, serta dosen Fikom  Wulan Purnama Sari yang dimoderatori alumni 2014 Kiwantoro.

Dalam pembukaan oleh Dekan Fikom Untar, Dr. Dra. Riris Loisa, M.Si., mengatakan bahwa industri game semakin meningkat seiring waktu, “Di Fikom sendiri sudah ada mahasiswa dan alumni Fikom Untar yang berprofesi di Industri game ini, seperti Kiwantoro, Yohanes Wiliem, Meidy Safira, dan Abdillah Ilhaq,” tambahnya.

Rektor Untar Prof. Dr. Ir. Agustinus Purna Irawan pun setuju bahwa game sebagai peluang yang besar. “Saya melihat game sebagai peluang yang besar dan terus bertumbuh. Games bisa mengasah orang menjadi pintar, mampu menyelesaikan masalah dengan baik, maupun sebaliknya. Oleh karenanya saya berharap para pembuat atau pemain game dapat memiliki nilai-nilai positif serta edukasi didalamnya agar bisa terus membentuk generasi yang selalu berpikir positif,” imbuhnya. Ditengah pandemi, industri game meningkat tajam karena banyak orang bekerja atau belajar dari rumah, sehingga game menjadi salah satu pilihan untuk melepas penat.

Kiwantoro, Alumni Fikom Untar sekaligus Founder Elvo Team dan Elvo Community mengatakan bahwa revenue industri game secara global mencapai 152 Milyar USD pada 2019, angka ini terus bertumbuh dengan cepat. Voucher gaming pun menjadi salah satu komoditas yang diminati diantara sekian banyak sumber penghasilan lainnya seperti membuat event atau juga “streamers”.

Narasumber pertama yang merupakan Gamers dan juga alumni Fikom Untar Yohanes Wiliem mengatakan bahwa sejak SD ia sudah bermain game. Official Partner dari FB Gaming yang kerap disapa dengan penggilan “Okim” ini mengatakan bahwa ada dua hal yang bisa menarik penonton, “Apa yang dimainkan, dan personal branding dari gamers yang melakukan streaming itu sendiri,” ujarnya. Bagi Okim, dengan bekal Ilmu Komunikasi yang dimilikinya ia bisa menyesuaian konten yang ingin disampaikan ke penonton, “Jadi lebih efektif dan sesuai dengan budaya audience,” tambahnya.

Di segmen PC dan Console, ada Meidy Safira mahasiswi aktif Fikom Untar 2018, saat ini menekuni profesi sebagai Official Partner Facebook Gaming dan Youtube Gaming. Meskipun segmen yang diminati “Mei” tergolong jarang, namun mahasiswi ini yakin bahwa setiap segmen ada penonton dan peminatnya sendiri, seperti game role play di GTA yang Mei mainkan, “Tetap banyak yang suka karena ada keunikan tersendiri,” tutupnya.

Mahasiswa aktif lainnya yang juga berkecimpung di dunia game adalah Abdillah Ilhaq yang merupakan mahasiwa Fikom 2016. Menjawab pertanyaan tentang hubungan antara ilmu yang didapat dengan industri game, Ilhaq mengatakan bahwa Ilmu Komunikasi sangatlah dibutuhkan, “Kita kan bermain sebagai tim, jadi ilmu untuk berkomunikasi itu relate, seperti bagaimana menyatukan visi dan misi seluruh anggota secara efisien.”

Narasumber terakhir yang merupakan salah satu dosen berprestasi  Fikom yaitu Wulan Purnama Sari S.IKom., M.SI., mengatakan bahwa beliau juga hobi bermain game konsol, seperti game Animal Crossing di Nitendo Switch yang sedang ramai dimainkan. Menurutnya kuliah itu tidak selalu berisikan teori-teori saja, “Melalui game kita juga bisa belajar, dan mempraktikan apa yang didapat dari perkuliahan.”

Rangkaian acara selanjutnya diisi dengan webinar “Ngobrol Hallyu di Masa Pandemi” pada Jumat (26/6), sebagai penutup rangkaian Dies Natalis ke-14 Fikom Untar.

Webinar penutup ini menghadirkan 4 narasumber dari alumni, mahasiswa, dan dosen yang mendalami fenomena Hallyu.

Dr. Riris Loisa M.Si. menjelaskan singkat alasan topik ini dipilih, “Topik ini menjadi sesuatu menarik untuk dipelajari, khususnya dalam musik, film, maupun fandom. Uniknya ditengah masa pandemi banyak masyarakat yang memilih menyaksikan serial drama Korea dibandingkan serial barat,” paparnya.

Rektor pun menilai fenomena ini seru untuk dikaji lebih dalam. “Anak saya yang naik kelas 3 juga merupakan salah satu penggemar acara-acara Korea. Saya kira ini merupakan salah satu fenomena baru yang asik juga untuk disaksikan dan dipelajari. Mengobrol menjadi sesuatu yang penting, mendengarkan obrolan, mencontoh obrolan diskusi, menghasilkan obrolan menarik di kampus atau di masyarakat, sangat penting karena dari obrolan itu bisa mendorong kehidupan menjadi lebih baik. Komunitas orang komunikasi bisa menjadi orang terdepan untuk mengedukasi masyarakat menjadi lebih kritis dan cerdas dengan cara yang menyenangkan, menarik, dan bermakna,” serunya.

Moderator dalam webinar kedua ini adalah Alumni Fikom 2016, Reza Kristiani. Reza adalah seorang fans K-Pop yang memang tak pernah ketinggalan berita tentang grup musik, drama hingga produk kecantikan asal Korea. “Hallyu (Korean wave) menjadi sesuatu yang trending, contohnya hadir penyanyi atau group asal Korea yang menduduki tangga lagu Billboard, hingga banyak drama yang trending,” ujarnya.

Narasumber pertama adalah Alumni Fikom 2019 Jeanetta Mihardja. Jeanetta adalah Creative dan Talent untuk Kpop Rewind Indonesia. Mendalami dunia K-Pop sejak lama Jeanette mendapatkan berbagai respon, tak jarang juga mendengar respon negatif. “Jika banyak orang mengatakan K-Pop membuat distraksi, buat ku K-Pop sebenarnya membawa dampak yang positif seperti menghibur dikala sedang mumet atau ketika bersantai setelah belajar.”

Indra Tan, mahasiswa aktif Fikom yang sedang menjalani sidang skripsi merupakan narasumber kedua webinar ini pun, menyetujuinya. Mahasiswa yang pernah meraih  peringkat 1 K-Pop Asean Competition ini berpendapat bahwa efek yang dihasilkan adalah hasil dari proses penerimaan masing-masing penggemar. “Sebenarnya budaya ini baik, kembali lagi ke masing-masing pribadi, yang harus dilakukan adalah bagaimana menyeimbangkan agar tidak berlebihan,” ujar Indra.

Narasumber ketiga tidak kalah menarik, Ia berpendapat bahwa K-Pop tidak hanya sebuah hobi yang membuang waktu, K-Pop bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan, “K-Pop tidak hanya sebuah hobi, namun harus diingat bahwa K-Pop bisa menjadi sesuatu yang menghasilkan,” seru Devina Tanliana, mahasiswi aktif Fikom 2018 yang juga merupakan seorang content creator K-Pop.

Narasumber terakhir adalah seorang Dosen Fikom dan Pengamat Hallyu, Lusia Savitri Setyo Utami, S.Sos., M.si. Sejak tahun 2008 Lusia sudah aktif menjadi penggemar dan pengamat budaya pop korea, dari membeli album fisik dan digital, menonton konser, bergabung dalam fanclub resmi K-Pop serta fanmeeting K-Pop pun pernah dilakukan.

“Teman-teman bisa mendatangkan value buat kita dari K-Pop, misalnya kita bisa memahami dan mempelajari budaya baru melalui hobi kita sendiri, seperti bagaimana mengasah diri untuk membuat konten yang disukai oleh kita dan orang lain, lalu dari menonton drama akhirnya bisa mengerti bahasa Korea, dan masih banyak lagi manfaatnya,” tutupnya. -NR-

-JS-

26 Juni 2020, KS.

Berita terbaru

Agenda

11 Maret Hari Raya Nyepi
12 Maret Awal Puasa
19 Maret Kuliah Umum Bersama KSP RI
20 Maret Untar 4th Career Week