Saat ini pembuatan Seni Mural semakin banyak dibuat oleh berbagai komunitas, kelompok kecil, hingga individu perorangan yang menyukai seni berekspresi pada dinding. Pada perkembangannya, masyarakat umum pun semakin akrab dengan seni mural. Mural semakin membumi dan banyak ruang publik dihiasi seni visual ini. Mural sangat beragam, baik dari segi teknis, bentuk, tujuan, ukuran dan medium yang digunakannya.
Namun pada kenyataannya, mural di ruang publik banyak yang dikerjakan secara spontan, tanpa konsep yang matang, berupa ekspresi individu atau komunitas kecil yang cenderung mengarah pada vandalisme. Pada kegiatan ini akademisi mencoba mengajak seniman atau pegiat mural untuk dapat menyajikan ramuan visual yang kreatif, selaras dengan keperluan lingkungan serta memiliki muatan edukasi, agar mural yang dihasilkan dapat memberi manfaat bagi lingkungan terdekat, memberi muatan edukasi pada masyarakat tanpa mengurangi nilai citra visual dan estetika.
Seni Mural dalam konteks pembelajaran, beberapa mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Tarumanagara, bekerjasama dengan mitra: masyarakat di kampung Bulak Simpul, Kelurahan Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat, mencoba bereksplorasi dengan mural, mereka mencoba memanfaatkan dinding-dinding kampung sebagai media pembelajaran untuk anak di lingkungan tersebut. “Wall Schooling” merupakan tema yang meminjam istilah “Home Schooling” sebagai alternatif pendidikan yang dilakukan di rumah telah banyak memberikan manfaat bagi orang tua yang ingin anaknya lebih fokus dalam pembelajaran informal.
Wall Schooling selain memperindah dinding kampung, mural ini bertujuan untuk dapat mengedukasi lingkungan masyarakat terutama bagi anak-anak dan remaja. Konsep “wall schooling” sederhana: membuat mural yang bermanfaat buat anak-anak dan sebagai ajang para remaja untuk latihan berkarya. Dengan demikian, diharapkan terus berlanjut untuk mengedukasi anak-anak dan bagi remaja pengelola mural ini dapat menjadi media eksplorasi komunikasi visual, keterampilan menggambar, kemampuan narasi di permukaan dinding.
Nantinya apabila keterampilan ini ditekuni remaja di lingkungan ini, dapat dikembangkan untuk modal bekerja pada suatu perusahaan ataupun usaha mandiri. Keberlanjutan mural ini adalah dengan cara mengganti konten setiap satu bulan sekali, sehingga isi materi akan terus berganti. Sebagai bentuk uji coba projek ini akan dilakukan selama 5 bulan termasuk waktu untuk persiapan dan evaluasi.
Dalam buku Bahasa Rupa, Profesor Dr. Primadi Tabrani menjelaskan bahwa bermain merupakan ciri anak-anak, dan bagi anak belajar itu melalui bermain. Ahli pendidikan menyebut bahwa untuk mendidik seseorang, sebaiknya melalui apa yang disukai orang itu, jadi pada anak-anak, belajar melalui kegiatan bermain menjadi lebih sesuai dengan perkembangan kejiwaannya.
Sebagai langkah awal, dilakukan kolaborasi mahasiswa Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Tarumanagara dengan Remaja kampung Bulak Simpul sebagai mitra msayarakat wilayah binaan, diharapkan kerjasama ini bisa memberikan kontribusi positif bagi kedua belah pihak. Kegiatan ini juda mendapat dukungan dari pihak industri yaitu PT Pacific Paint yang memberikan hibah media cat akrilik dan PT Lyra yang memberikan hibah peralatan gambar.
Pendekatan belajar melalui mural ini didasarkan pada beberapa jenis pembelajaran anak yakni; visual, auditori dan kinestetik. Selaras dengan bidang keilmuan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanagara, maka media pembelajaran yang dipilih adalah jenis pembelajaran visual. Ada beberapa kelebihan media visual untuk pembelajaran anak yaitu media visual lebih menarik, lebih mudah diingat, variatif, dan dapat melibatkan anak untuk penggunaannya. Mural yang diterapkan di lingkungan ini merupakan bentuk pembelajaran Bahasa Inggris dengan menampilkan kosa kata yang sederhana untuk memperkaya pengetahuan anak-anak. Tema lainnya adalah mengangkat budaya Betawi yang diterapkan melalui gambar ikon seperti cerita rakyat “Si Pitoeng”, pakaian adat, ondel-ondel, dsb.
Mural “Wall Schooling” ini dicoba agar pembelajaran visual ini dapat berinteraksi langsung dengan anak-anak dan menjadi imbuhan gagasan bagi para pegiat mural agar dapat berkontribusi positif bagi masyarakat di lingkungan sekitarnya.
Pada kegiatan yang dilaksanakan pada tanggal 2 Februari 2020 ini, merupakan pembuatan mural tahap 2 yakni menutup gambar yang dibuat pada tahap 1, dan kemudian membuat gambar-gambar baru yang merupakan lanjutan episode sebelumnya. Dan pada kesempatan ini mencoba untuk melibatkan anak-anak untuk merespon mural “Wall Schooling” dengan cara mewarnai gambar sambil menghapal caption kosa kata yang dibuat pada mural tahap 1.
Drs. M Nashir Setiawan, M. Hum.
Staff pengajar FSRD Untar dan Pembimbing Kemahasiswaan