Pilih Laman
Cyberbullying, bullying yang dilakukan secara elektronik

16 Mei 2017

Oleh: Admin Pusat

7

Bullying, atau penindasan merupakan perkataan atau perbuatan seseorang yang tidak menyenangkan. Tindakan bullying dapat terjadi dalam berbagai bentuk, baik secara fisik seperti menendang, menonjok, memukul ataupun secara verbal dengan mengucilkan dan menyebarkan rumor buruk tentang diri korban. Bentuk-bentuk penindasan yang terjadi dapat berupa meledek dengan nama-nama menyakitkan, misal si kutu buku atau si kurang pergaulan. Salah satu bentuk bullying yang terjadi adalah cyberbullying, yakni bentuk penindasan yang dilakukan secara elektronik. Alasan terjadinya penindasan pun bermacam-macam, salah satunya adalah karena pelaku kurang percaya diri dan merasa lebih baik jika  merendahkan orang lain. Pelaku akan merasa berkuasa jika mengendalikan dan membuat orang lain takut dan tertekan. Pada kasus cyberbullying, salah satu hal yang memungkinkannya terjadi adalah perkembangan  teknologi. Teknologi signifikan yang berperan besar dalam penindasan secara elektronik adalah gadget dan internet. Cyberbullying merupakan penyalahgunaan teknologi. Target pem-bully-an dapat berupa warna kulit, kekurangan fisik seperti perlunya penggunaan kursi roda, asal daerah yang berbeda, ataupun hal-hal sepele seperti seseorang yang menggunakan kawat gigi. Seseorangdapat di-bully karena masalah yang membuatnya berbeda dengan orang lain. Cyberbullying dapat terjadi melalui email, percakapan instan melalui messenger seperti Yahoo dan Windows Live Messenger, ruang percakapan online dalam permainan online, ataupun melalui pesan-pesan yang dapat diakses melalui ponsel. Bentuk cyberbullying juga dapat berupa teror melalui telepon, ramai-ramai meledek korban melalui internet, ancaman dan intimidasi secara online. Sebagai contoh, seseorang bisa mengirim email kepada temannya agar jangan ke sekolah lagi kalau tidak mau ditindas. Atau  pada kasus yang ekstrim, sang penindas dapat meminta korban untuk bunuh diri saja melalui pesan-pesan online. Faktor penting dalam masalah cyberbullying adalah orang tua dan orang-orang terdekat korban. Orang tua memandang internet sebagai alat bantu dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah. Di lain pihak, anak-anak menganggap Internet sebagai wadah untuk eksis dalam kehidupan sosial. Internet juga memperluas jaringan social dan mempermudah anak untuk menambah kenalan. Namun, hal tersebut juga memudahkan orang-orang untuk mengomentari dirinya secara negatif tanpa harus bertatap muka, mereka melakukannya tanpa menunjukkan identitas. Komentar-komentar negatif tersebut merupakan awal dari cyberbullying. Pencegahan harus diupayakan karena cyberbullying sulit untuk dihindari dan membawa pengaruh keemosional seseorang. Jika korban merasa malu akibat cyberbullying yang terjadi, maka berikanlah pertolongan kepadanya. Bantuan yang datang dapat berupa pemecahan  masalah ataupun pembentukan emosi pada korban. Untuk pemecahan masalah (problem-focused coping), korban dapat dibantu untuk menghadapi dan berbicara langsung dengan sumber utama dari cyberbullying yang terjadi. Sementara, anak dapat didorong untuk bermental kuat dan berusaha acuh dengan emotion-focused coping. Oleh karena itu, cyberbullying merupakan tindakan yang menyakiti dan memalukan dan perlu diberi perhatian serius. (M/ENES) Artikel ini telah dipublikasikan pada Buletin Psikologi edisi ke-27   Daftar Pustaka Breguet, T. (2007).Frequently Asked Questions About Cyberbullying. New York: The Rosen. Kowalski, R. M., Limber, S. P., &Agatston, P. W. (2012). Cyberbullying: Bullying in the digital age. Chichester: Blackwell. McPherson, A., & Macfarlane, A. (2004).Bullying: The Truth. Berkshire: Cox & Wyman Ltd. Vollink, T., Dehue, F., Guckin, C. M., & Jacobs, N. C. L. (2016). An introduction in cyberbullying research. Cyberbullying: From Theory to Intervention.  Oxon: Routledge.

Berita terbaru

Agenda

11 Maret Hari Raya Nyepi
12 Maret Awal Puasa
19 Maret Kuliah Umum Bersama KSP RI
20 Maret Untar 4th Career Week