Pilih Laman
Heroisme: Hasil Kajian Empiris Faktor-faktor dalam Kepahlawanan

12 Maret 2016

Oleh: Admin Pusat

8

Heroisme: Hasil Kajian Empiris Faktor-faktor dalam Kepahlawanan Oleh: Rahmah Hastuti, M.Psi., Psikolog Dosen Tetap Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara, Pakar Psikologi Pendidikan, Peneliti Nilai merupakan hal yang penting dalam kehidupan sehari-hari. Terdapat beragam nilai yang dianggap penting. Nilai yang diinternalisasi akan membentuk karakter. Salah satunya yaitu heroisme (nilai kepahlawanan). Heroisme dapat dimaknai berbeda oleh setiap orang. Sebelum penjelasan heroisme, akan dibahas lebih dulu mengenai pahlawan. Pahlawan memiliki jasa bagi perkembangan bangsa, dan kepahlawanan (heroisme) dihayati hingga saat ini. Dalam membahas sosok pahlawan, hal yang terpikir dapat beragam. Misalnya, terpikir ksatria yang membela kebenaran dalam tokoh-tokoh fantasi superhero, atau pahlawan yang terkait dengan konteks perjuangan kemerdekaan, bahkan pahlawan yang telah memberikan kontribusi besar bagi kemanusiaan karena temuannya berimplikasi bagi kehidupan manusia. Pada berbagai budaya, secara universal, heroes memperoleh penghargaan. Apakah mitos atau nyata, pahlawan dapat menjadi panutan bagi kaum muda, sebagai simbol kebanggaan nasional (Campbell dikutip dalam Stephen, 2006). Bettelheim (dikutip dalam Stephen, 2006), menguraikan bahwa  sosok hero yang ideal perlu dimiliki seorang anak. Sosok ini misalnya disampaikan melalui dongeng, sehingga nilai pahlawan menjadi referensi baginya di usia selanjutnya. Sosok pahlawan, umumnya dipersepsi sebagai individu yang mampu menghad

api situasi berisiko, serta mampu bertindak untuk membantu atau menolong sesama. Pengertian pahlawan ataupun kepahlawanan dapat tidak identik pada setiap budaya. Gagasan aspek utama dari nilai kepahlawanan yang nampak berbeda menjadi kekhasan pada masing-masing budaya (Wansink, & van Ittersum, 2008). Berikutnya, mengenai heroisme. Konstruk heroisme merupakan istilah yang mengacu pada pengertian, “keberanian dalam membela keadilan dan kebenaran; kepahlawanan” (Kamus Besar bahasa Indonesia, 2016). Franco, Blau dan Zimbardo (2011), yang pernah meneliti sebelumnya mengenai Heroism: A conceptual analysis and differentiation between heroic action and altruism, membedakan secara rinci pengertian aksi heroisme dengan nilai lain seperti altruisme (menolong orang lain tanpa pamrih atau mengharapkan imbalan). Nilai kepahlawanan tertanam secara mendalam dalam budaya di seluruh dunia, namun penelitian empiris pada konstruk ini relatif jarang khususnya pada partisipan berusia anak-anak maupun remaja (Furey, 2014). Kajian ilmiah mengenai heroism termasuk luas dan bervariasi termasuk di dalamnya yaitu interpretasi terhadap heroismeyang pada beberapa pandangan disebutkan sebagai sosok yang mampu melawan kejahatan dan terlibat dalam perang. Sebagai langkah lanjutan penulis melakukan kajian empiris yang dipublikasi oleh penulis bersama Bapak Yohanes Budiarto, S.Pd., M.Si, mengenai, “Heroism: Development of Measurement Tools Heroism in Adolescents” dipublikasikan dalam International Conference Child and Adolescent Mental Health di UIN Syarif, Hidayatullah, Jakarta. Dapat saja seorang remaja menemukenali sosok pahlawan menurut pandangannya yaitu yang berhubungan dengan seseorang yang gagah berani dalam membela kebenaran dan memiliki keberanian dalam melawan kejahatan, namun dalam imajinasinya. Namun, hal tersebut dapat berbeda pada remaja yang memiliki pola pikir yang lebih kompleks dibandingkan dengan usia lainnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salah satu faktor dalam heroisme yang dianggap penting oleh remaja di Jakarta yaitu keteladanan. Keteladanan berupa konsistensi untuk mencapai tujuan, yang dibentuk dari proses penghayatan, sehingga mampu menjadi contoh bagi pribadi maupun sosial. Melalui keteladanan, pahlawan memberikan inspirasi kreatif untuk melakukan sesuatu yang berarti. Selain itu, remaja di Jakarta memandang penting nasionalisme sebagai cara berpikir, bertindak, menempatkan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau kelompok serta berbuat dengan menunjukkan kesetiaan dan penghargaan terhadap bangsanya. Untuk bacaan lebih lanjut mengenai “Pentingnya Sosok Pahlawan bagi Remaja dapat dilihat pada http://www.beritasatu.com/gaya-hidup/321117-pentingnya-sosok-pahlawan-bagi-remaja.html “Heroism can be viewed as a highly moral behaviour which has been explained as a form of sensation seeking, altruism, citizenship and bravery and as a desirable adaptive response” (Harvey & Turnbull, 2007).  Dalam konteks perilaku, terdapat perbedaan individual yang membuat orang-orang tertentu mengambil tindakan heroik dalam menghadapi bahaya besar, sehingga hal ini mengurai lebih lanjut mengenai kepahlawanan. Nilai kepahlawan dapat dilanjutkan oleh siapapun tanpa terkecuali. Ketika berjuang memperoleh kemerdekaan negara Indonesia, para pahlawan mengorbankan jiwa dan raganya. Oleh karena itu, sudah sepatutnya penghayatan terhadap nilai kepahlawanan tidak hanya sebagai bagian dari kegiatan seremonial tetapi diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari melalui upaya konkret, sebagai wujud kecintaan terhadap tanah air. Internalisasi nilai pendidikan karakter khususnya kepahlawanan, dapat dilakukan melalui keteladanan secara kolektif atas impuls natural sosial yang diterimanya.   Daftar Pustaka Franco, Z. E., Blau, K., & Zimbardo, P. G. (2011). Heroism: A conceptual analysis and differentiation between heroic action and altruism. Review of General Psychology, 15(2), 2011, 99-113. Retrieved from http://psycnet.apa.org/?&fa=main.doiLanding&doi=10.1037/a0022672 Furey, P. J. (2014). A Scale of heroic cognition for workplace contexts college of science and health theses and dissertations.  http://via.library.depaul.edu/csh_etd/88 Harvey, G. J. E., & Turnbull, L. (2007). How do we perceive heroes?. In Aven & Vinnem (Eds.). Risk, Reliability and Societal Safety. London: Taylor & Francis Group. ISBN 978-0-415-44786-7 Heroisme. (2016). Diunduh dari http://kbbi.web.id/heroisme Stephen, A.D. (2006). Children’s perception of the heroic ideal. Academic Exchange Quarterly. Retrieved from https://www.questia.com/read/1G1-149613316/children-s-perceptions-of-the-heroic-ideal Wansink, B., Payne, C. R. , & van Ittersum, K. (2008). Profiling the heroic leader: Empirical lessons from combat-decorated veterans of world war II. In The Leadership Quarterly. Retrieved from http://papers.ssrn.com/sol3/papers.cfm?abstract_id=1078914 (ST-enes) Gambar: Koleksi pribadi admin

Berita terbaru

Agenda

11 Maret Hari Raya Nyepi
12 Maret Awal Puasa
19 Maret Kuliah Umum Bersama KSP RI
20 Maret Untar 4th Career Week