Pict Source:IStockPhoto.com
Bali dikenal sebagai pulau dengan keindahan alam yang luar biasa, pantai yang menawan, serta budaya yang kaya. Selain menjadi destinasi wisata utama bagi turis mancanegara, Bali juga memiliki tradisi dan ritual unik, salah satunya adalah Hari Raya Nyepi.
Mayoritas penduduk Bali memeluk agama Hindu dan setiap tahunnya merayakan Nyepi dengan penuh khidmat. Nyepi merupakan hari raya umat Hindu yang menandai Tahun Baru Saka, yang biasanya jatuh pada bulan Maret atau April. Pada tahun 2025, Hari Raya Nyepi diperingati pada 29 Maret.
Semangat multikulturalisme dan pluralisme juga tercermin dalam perayaan ini. Banyak institusi di Indonesia menghormati tradisi Nyepi, termasuk Universitas Tarumanagara (Untar). I Gusti Ngurah Krishna Darya Danadipa, mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Untar, mengungkapkan bahwa ia selalu merasakan ketenangan dan kedamaian saat merayakan Hari Raya Nyepi di lingkungan kampus yang menghargai keberagaman.
Ritual Hari Raya Nyepi
Nyepi ditandai dengan 24 jam penuh kesunyian di seluruh Bali. Selama periode ini, semua kegiatan umum dihentikan, termasuk bepergian, bekerja, dan bahkan penggunaan listrik serta alat komunikasi.
Sebelum Nyepi, umat Hindu di Bali menjalankan serangkaian ritual, di antaranya:
1. Upacara Melasti
Menjelang Hari Raya Nyepi, umat Hindu mengadakan upacara Melasti, yang bertujuan untuk menyucikan diri dari segala perbuatan buruk di masa lalu dengan membuangnya ke laut. Upacara ini dilaksanakan di pantai, dengan peserta mengenakan pakaian serba putih sebagai simbol kesucian. Dalam ajaran Hindu, air dari laut atau danau dianggap sebagai tirta amerta (air kehidupan) yang memiliki kekuatan untuk membersihkan jasmani dan rohani.
2. Pawai Ogoh-Ogoh
Pada malam sebelum Nyepi, diadakan pawai Ogoh-Ogoh, yaitu arak-arakan patung raksasa yang melambangkan roh jahat atau energi negatif. Patung-patung ini dibuat dengan bentuk yang menyeramkan dan diarak keliling desa sebelum akhirnya dibakar di tempat terbuka, seperti lapangan atau pantai. Ritual ini melambangkan pengusiran segala keburukan agar kehidupan di tahun baru menjadi lebih baik.
3. Catur Brata Penyepian
Saat Hari Raya Nyepi tiba, umat Hindu menjalankan Catur Brata Penyepian, yaitu empat pantangan utama:
1.Amati Geni – tidak menyalakan api atau lampu, termasuk penggunaan listrik.
2.Amati Karya – tidak bekerja atau melakukan aktivitas fisik.
3. Amati Lelungan – tidak bepergian ke luar rumah.
4.Amati Lelanguan – tidak bersenang-senang atau melakukan hiburan.
Selama 24 jam, seluruh aktivitas di Bali terhenti total. Jalanan sepi, lampu-lampu dipadamkan, bahkan bandara internasional pun ditutup. Masyarakat Bali menghabiskan hari ini dengan bermeditasi, berdoa, dan melakukan refleksi diri, menjadikannya sebagai momen untuk merenungkan kehidupan dan memperbaiki diri.
Makna Nyepi dalam Kehidupan
Nyepi bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga memiliki makna mendalam bagi keseimbangan alam dan harmoni manusia dengan semesta. Dengan menghentikan semua aktivitas, Nyepi memberi kesempatan bagi alam untuk beristirahat dan memulihkan diri dari rutinitas manusia.
Selamat Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1947. Semoga kita semua mendapatkan ketenangan, kedamaian, dan kebijaksanaan dalam menjalani kehidupan.
Artikel disusun dari beberapa sumber.
(VC/AJ/YS/VC)
(VC/AJ/YS/VC)