Dok: Prodi Sarjana Akuntansi Bisnis
Dunia akuntansi tidak lagi bisa dipandang sebatas penyusun laporan keuangan. Di era pasar modal yang semakin dinamis, akuntan dituntut untuk mampu membaca arah ekonomi dan meyakinkan investor dengan data serta analisis yang tepat.
Hal ini menjadi sorotan dalam Seminar Peran Akuntan dalam Analisis Saham dan Keberlanjutan Karir yang diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Sarjana Akuntansi Bisnis Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Untar di Kampus II Untar, Jumat (12/09/2025). Seminar ini menghadirkan Analis Teknikal RHB Sekuritas Indonesia, Muhammad Fatah Al Falah, B.Eng., CTA, sebagai narasumber.
Fatah menegaskan bahwa analisis saham tidak berhenti pada laporan keuangan semata. Analisis yang menyeluruh harus dimulai dari kondisi global, misalnya konflik internasional yang memengaruhi harga komoditas, lalu melihat sektor yang diuntungkan atau dirugikan, kemudian menilai kinerja spesifik perusahaan, hingga dampak kebijakan pemerintah seperti penurunan suku bunga. Setelah itu, laporan keuangan baru dijadikan alat untuk memperdalam penilaian.
Selain itu, Fatah juga menjelaskan rasio-rasio keuangan penting seperti Earnings per Share (EPS), Price Earning Ratio (PER), Price to Book Value (PBV), Return on Equity (ROE), Debt to Equity Ratio (DER), hingga Dividend Yield yang menjadi dasar penilaian kesehatan dan kinerja perusahaan. Ia juga menjelaskan bahwa sejumlah rasio keuangan sederhana bisa membantu investor awam sekalipun untuk memahami apakah sebuah saham “sehat” atau tidak. Dengan pemahaman ini, akuntan dapat memberi gambaran objektif kepada investor tanpa harus terjebak jargon rumit pasar modal.
Namun, angka saja tidak cukup. Pasar juga digerakkan oleh psikologi kolektif. Itulah mengapa analisis teknikal penting untuk membaca pergerakan harga. Melalui candlestick, tren, pola yang berulang, hingga fase akumulasi dan distribusi, investor bisa menilai apakah saatnya membeli atau menjual.
Lebih lanjut, mahasiswa turut diajak memahami pentingnya saham sebagai bukti kepemilikan perusahaan sekaligus instrumen investasi yang memberikan potensi keuntungan berupa capital gain dan dividen, memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, serta memungkinkan diversifikasi investasi. Pengetahuan mengenai pasar modal Indonesia turut dipaparkan, termasuk peran Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai regulator, serta Bursa Efek Indonesia (BEI), Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI), dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai lembaga penyelenggara perdagangan, penyimpanan, hingga penjamin penyelesaian transaksi efek.
Fatah juga menambahkan bahwa di era digital, keberadaan Artificial Intelligence (AI) tidak seharusnya dipandang sebagai ancaman bagi profesi akuntan, melainkan sebagai alat bantu yang membuat pekerjaan lebih efisien. Ia mengingatkan bahwa peran akuntan tidak berhenti pada angka semata, tetapi juga menyangkut integritas dan kemampuan membangun kepercayaan.
“Rules of 10.000 hours menyebut bahwa setelah ribuan jam latihan, pengetahuan dan keterampilan akan melekat hingga menjadi naluri. Karena itu, penting untuk mempelajari setiap kondisi yang ada, jangan takut melakukan trial and error, dan jangan ragu bertanya pada mentor atau orang yang lebih berpengalaman. Setiap langkah adalah kesempatan memperkaya dan menambah ilmu serta jam terbang kita,” tutupnya.
Kegiatan ini menjadi salah satu bentuk nyata dari kelas praktisi yang dihadirkan Prodi Sarjana Akuntansi Bisnis FEB Untar untuk menambah pengalaman mahasiswa dalam mempersiapkan karier di masa depan, sekaligus memperkuat posisi Untar sebagai kampus yang mendukung pengembangan kompetensi relevan dengan kebutuhan industri. (CS/YS)