Pict Source: IStock Photo
Lonjakan kasus COVID kembali terjadi dalam beberapa pekan terakhir. Varian baru bernama Nimbus—turunan dari Omicron—menjadi penyebab meningkatnya laju penularan di sejumlah wilayah. Meski demikian, varian ini tidak menimbulkan gejala yang lebih parah dibandingkan pendahulunya.
dr. Velma Herwanto, Ph.D., Sp.PD.,dosen Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara (FK Untar), menegaskan bahwa situasi ini belum mengarah pada gelombang pandemi baru, melainkan masih dalam potensi endemi.
“Varian Nimbus memang lebih mudah menular, tetapi tidak menyebabkan keparahan yang lebih tinggi. Kasus COVID akan tetap naik-turun seperti halnya flu musiman,” jelas dr. Velma.

dr. Velma Herwanto, Ph.D., Sp.PD. sebagai narasumber dalam artikel ini // Dokumentasi pribadi oleh dr. Velma
Masyarakat diimbau untuk tetap waspada, namun tidak panik. Penerapan protokol kesehatan dasar, seperti penggunaan masker di ruang publik, menjaga jarak, dan mencuci tangan setelah batuk, bersin, atau menyentuh fasilitas umum, dinilai masih efektif mencegah penularan.
“Langkah pencegahan ini juga berguna untuk menghindari penyakit infeksi pernapasan lainnya. Yang terpenting adalah kesadaran kolektif untuk menjaga kebersihan dan kesehatan,” tambahnya.
Selain menjaga kebersihan, penting pula memperkuat daya tahan tubuh dengan pola hidup sehat—konsumsi makanan bergizi, olahraga rutin, istirahat cukup, serta pengelolaan stres. Vaksinasi lengkap, termasuk dosis booster, tetap direkomendasikan sebagai perlindungan tambahan.
Bagi individu yang terpapar COVID, disarankan untuk segera melakukan isolasi mandiri, memperbanyak istirahat dan konsumsi cairan, serta berkonsultasi ke fasilitas kesehatan bila gejala memburuk. Penanganan dini sangat penting untuk mempercepat pemulihan dan mencegah penularan lebih lanjut.
Dengan kedisiplinan dan sikap bijak dari seluruh lapisan masyarakat, Indonesia dapat terus menjaga stabilitas kesehatan di masa transisi menuju kehidupan normal yang sehat. (VC/AJ/YS)