Dok: IMAKTA FEB Untar
Di tengah gempuran teknologi dan kecerdasan buatan (AI), relevansi profesi akuntan terus menjadi perbincangan hangat. Menjawab isu ini, Ikatan Mahasiswa Akuntansi Tarumanagara (IMAKTA) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Tarumanagara (FEB Untar) menggelar talk show bertema “Intelligence Meets Integrity: Why Accountants Still Matter in the Age of AI“, sebagai penutup rangkaian Accounting Festival 2025. Acara dihadiri oleh ratusan mahasiswa pada Rabu (04/06/2025) di Gedung A, Kampus II Untar.
Ketua Pelaksana Accounting Festival 2025 Cordelia Stella Chandra, menjelaskan bahwa topik ini dipilih karena meskipun AI bisa mengotomatisasi tugas rutin, peran akuntan sebagai penasihat strategis yang menjunjung integritas tetap krusial. “Kami ingin meningkatkan kesadaran bahwa akuntan tetap relevan di era digital, terutama bagi mahasiswa FEB Untar,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Dekan FEB Untar Prof. Dr. Sawidji Widoatmodjo, S.E., M.M., M.B.A. menyampaikan bahwa Accounting Festival merupakan ajang yang sangat baik untuk edukasi, kompetisi, dan membangun jejaring antara mahasiswa, praktisi, serta akademisi di bidang akuntansi.
“Saya berharap melalui acara ini, mahasiswa semakin terdorong untuk mengembangkan kemampuan mereka tidak hanya dalam menghitung angka, tetapi juga mengedepankan integritas dan etika profesional yang menjadi pondasi utama profesi akuntan,” harapnya..
Talk show ini mengundang Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Prof. Dr. Lindawati Gani, CA., FCMA., CGMA., FCPA (Aust.)., ASEAN CPA sebagai pembicara utama. Dengan rekam jejak akademik dan profesional yang luas, Prof. Lindawati menjadi suara yang kredibel dalam menjawab tantangan profesi akuntan di era digital.
Dalam pemaparannya, Prof. Lindawati menekankan bahwa transformasi digital bukanlah ancaman, melainkan kesempatan untuk memperkuat posisi akuntan sebagai mitra strategis dalam pengambilan keputusan bisnis. “Profesi akuntan dibangun di atas fondasi kepercayaan, dan kepercayaan itu hanya dapat tercipta melalui etika yang kuat. Karena itulah, etika adalah integritas, sebuah nilai yang tidak bisa digantikan oleh kecerdasan buatan, seberapa pun canggihnya teknologi yang berkembang,” tegasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa persepsi keliru yang menganggap akuntansi hanya berkutat pada angka harus diubah. “Akuntansi adalah bagian dari kehidupan. Sejak kalian masuk ke dunia ini, kalian sudah menerapkan standar internasional. Yang dibutuhkan bukan sekadar hafalan debet dan kredit, tapi pemahaman yang dalam, etika, dan kemampuan beradaptasi,” tambahnya.
Keresahan mahasiswa terhadap potensi tergesernya profesi akuntan oleh teknologi juga turut diangkat. Fenomena global menunjukkan bahwa mahasiswa akuntansi cenderung merasa profesinya ditinggalkan karena kemunculan berbagai sistem otomatis berbasis IT. Namun, narasumber menegaskan bahwa teknologi justru membuka ruang baru bagi akuntan untuk tampil lebih strategis, khususnya dalam analisis data, pelaporan berkelanjutan, dan penyampaian informasi yang bernilai.
Selain Prof. Lindawati, talk show ini turut menghadirkan Kepala Perwakilan PT Amazon Web Services (AWS) Indonesia, Agustinus Nicholas L. Tobing dan Partner di Deloitte Indonesia yang juga merupakan alumni Untar, Kasman Liu, S.E.
(CS/AJ)