Dok: Humas Untar
Setiap 17 Mei, Hari Buku menjadi pengingat penting bahwa membaca adalah fondasi bagi tumbuhnya pemikiran kritis dan wawasan luas. Namun, di era digital yang serba cepat, budaya membaca menghadapi tantangan besar. Informasi kini lebih sering dikonsumsi dalam bentuk visual dan singkat, menjauhkan banyak orang dari kebiasaan membaca secara mendalam.
Ahmad Junaidi, S.S., M.Si., dosen Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Tarumanagara (Fikom Untar), menekankan pentingnya adaptasi dalam menumbuhkan kembali minat baca. “Buku fisik tetap penting, tapi kita juga harus memanfaatkan platform digital seperti e-book, audiobook, dan media sosial literasi,” ujarnya.
Menurutnya, mencintai membaca bukanlah proses instan. Kuncinya adalah menemukan bacaan yang sesuai minat dan membangun kebiasaan secara perlahan. “Mulai saja dengan 10–15 menit sehari. Bacaan apa pun, selama disukai, bisa jadi pintu masuk untuk mencintai literasi,” tambahnya.
Hari Buku adalah pengingat bahwa membaca tak lekang oleh waktu. Dalam bentuk apa pun, selama kita terus membuka halaman demi halaman, kita terus membuka jalan menuju pemahaman dan perubahan. (VC/YS/AJ)