Dok: Humas Untar – AW
Dalam era digital, media sosial menjadi salah satu pendorong utama perubahan cara berkomunikasi. Melalui platform media sosial, orang dapat berinteraksi, berbagi informasi, dan menjalin hubungan dengan teman-teman serta keluarga. Media sosial mempererat silaturahmi dan memberikan ruang bagi pesan positif.
Menurut Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Untar Septia Winduwati, S.Sos., M.Si., media sosial menjadi jendela pengetahuan, meningkatkan wawasan dengan memberikan informasi yang praktis dan relevan. Namun, kemudahan ini patut diwaspadai mengingat dampak negatif seperti penipuan, konten pornografi, dan muatan negatif lainnya yang dapat diakses melalui media sosial.
“Jika digunakan dengan bijaksana, kita dapat memanfaatkan media sosial untuk memperkuat hubungan sosial dan memperoleh manfaat positif dari interaksi tersebut di dunia maya,” ujar Septia.
Tantangan dalam Mengelola Hubungan Sosial melalui Media Sosial
Ditambahkannya, mengelola hubungan sosial melalui media sosial tentu diikuti dengan berbagai tantangan. Media sosial memberikan kemudahan dalam mengenal orang baru dan berinteraksi dengan mereka yang memiliki minat atau latar belakang serupa. Selain itu, media sosial membantu memperluas lingkaran sosial dan membangun persahabatan. Di era digital, membangun personal branding melalui media sosial juga menjadi penting. Cara mempresentasikan diri secara online dapat memengaruhi pandangan orang lain dan berdampak pada hubungan sosial.
Namun, media sosial juga dapat menjadi sumber konflik dan kesalahpahaman. Pesan yang disalahartikan, komentar yang kurang sensitif, atau perbedaan pendapat dapat memengaruhi hubungan antarpribadi.
“Informasi pribadi terkadang bisa bocor atau disalahgunakan, sehingga penting untuk memahami batasan privasi dan mengelola keamanan akun dengan baik,” jelas Septia.
Cara Memanfaatkan Media Sosial secara Efektif
Untuk memanfaatkan media sosial secara efektif, penting untuk aktif berpartisipasi dalam percakapan sebagai prosumen, bukan hanya mengonsumsi konten. Fasilitas media sosial seperti fitur suka, komentar, dan bagikan dapat digunakan untuk berinteraksi langsung dengan pengguna lain, menciptakan ruang untuk dialog dan pertukaran ide.
Selain itu, membangun jaringan dengan orang berpengaruh melalui interaksi di komentar, pesan langsung, atau grup yang sama, dapat memperkuat hubungan dan meningkatkan peluang mengembangkan jejaring profesional di media sosial.
“Mengoptimalkan citra personal dengan memublikasikan konten yang relevan dengan minat dan keahlian dapat memperkuat identitas profesional dan memperluas jaringan sosial,” tambahnya.
Tips Menggunakan Media Sosial secara Positif
Untuk menggunakan media sosial secara positif dan menghindari dampak negatifnya, berikut beberapa tips yang dibagikan oleh Septia dan dapat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
1. Berhati-hati dalam membagikan unggahan
Pertimbangkan apakah konten tersebut sesuai dengan citra dan nilai-nilai, serta hindari membagikan informasi yang dapat membahayakan peluang kerja atau reputasi.
2. Bijak dalam mengatur waktu online
Terlalu banyak waktu di media sosial dapat mengganggu produktivitas dan menyebabkan kecemasan. Tetapkan batas waktu harian untuk penggunaan media sosial agar tetap efisien dan seimbang.
3. Jaga hubungan profesional
Terhubung dengan rekan kerja, klien, atau mitra bisnis di media sosial dapat mempertahankan profesionalisme dan memperkuat hubungan kerja.
4. Bagikan dukungan dan hindari komentar negatif
Respons yang penuh empati dan peduli saat seseorang menghadapi masalah di media sosial dapat menciptakan lingkungan yang positif.
5. Lindungi privasi dan keamanan
Pertimbangkan dampak dari informasi pribadi yang dibagikan dan jaga privasi untuk menghindari risiko penyalahgunaan data atau penipuan.
Pentingnya Pendidikan dalam Era Digital
Pendidikan, terutama di bidang komunikasi, memainkan peran penting dalam membantu individu mengelola hubungan sosial di era digital. Pendidikan harus mengajarkan keterampilan berbasis teknologi, termasuk literasi penggunaan media sosial dan platform kolaboratif, untuk membantu individu berkomunikasi secara efisien dengan tetap memahami etika digital.
Menurut Septia, pendidikan harus memperkuat keterampilan komunikasi digital, seperti memuat konten yang peka, relevan dan bermanfaat bagi sosial, berpartisipasi dalam forum digital yang tepat dan positif, dan memahami bahasa nonverbal dalam pesan teks maupun visual.
Selain itu, pendidikan di era digital harus meningkatkan kesadaran tentang risiko privasi dan keamanan, sehingga individu dapat melindungi informasi pribadi dan menghindari penyalahgunaan data.
“Pendidikan juga harus memperkenalkan etika bermedia sosial, termasuk cara berinteraksi dengan sopan, menghormati privasi orang lain, dan menghindari perilaku negatif. Dengan demikian, pendidikan dapat memberikan bekal yang diperlukan bagi individu untuk mengelola hubungan sosial secara efektif dan aman di dunia digital,” pungkas Septia.
Privasi dan Keamanan dalam Penggunaan Media Sosial
Dalam penggunaan media sosial, privasi dan keamanan memiliki peran yang sangat penting. Kesadaran tentang privasi dan keamanan harus ditingkatkan agar pengguna dapat memahami risiko pelanggaran privasi dan cara melindungi data pribadinya. Pengaturan privasi pada platform media sosial, seperti mengunci profil akun dan membatasi siapa saja yang dapat melihat konten, menjadi hal yang sangat penting.
Septia menambahkan, “Keamanan akun harus diperhatikan dengan mengaktifkan opsi dua faktor autentikasi. Literasi digital juga menjadi kunci, terutama bagi generasi muda yang aktif menggunakan media sosial. Semakin sadar pengguna tentang pengaturan kata sandi, semakin aman penggunaan media sosial mereka.”
Perkembangan Media Sosial di Masa Depan
Media sosial telah merevolusi cara berkomunikasi dan berinteraksi di Indonesia, menghubungkan jutaan orang dan menciptakan komunitas digital yang dinamis. Dalam beberapa dekade terakhir, perkembangan pesat dalam teknologi informasi dan komunikasi telah membawa perubahan signifikan dalam cara berkomunikasi dan berinteraksi.
Peran media sosial dalam transformasi ini sangat mencolok. Aksesibilitas dan jangkauan yang luas memungkinkan orang berkomunikasi dengan siapa saja, di mana saja, dan kapan saja hanya dengan beberapa klik tombol.
Media sosial membuat orang tetap terhubung meskipun tidak bisa bertatap muka, seperti saat pandemi COVID-19 lalu. Media sosial juga memberdayakan individu untuk menjadi pembuat konten dan narator cerita mereka sendiri, memungkinkan suara-suara, opini-opini, dan ide-ide baru yang sebelumnya tidak terwakili dalam media tradisional menjadi lebih bisa didengar.
Namun demikian, dampak negatif seperti stres, kecemasan, dan depresi yang disebabkan oleh perbandingan diri yang konstan di media sosial, perundungan online, dan ketidakseimbangan informasi harus diwaspadai.
Media sosial memperdalam polarisasi sosial melalui filter bubble dan echocamber serta meningkatkan risiko privasi dan keamanan data pengguna. Penyebaran berita palsu dan gangguan terhadap produktivitas juga menjadi tantangan yang harus diatasi dengan bijaksana dalam penggunaan media sosial, agar tetap terhubung dalam jejaring sosial secara positif dan sehat dalam era digital ini.
Dalam menghadapi berbagai tantangan ini, peran individu dalam mengelola media sosial dengan bijak menjadi sangat krusial. Memahami potensi positif dan negatif dari media sosial, serta menerapkan tips yang telah dibagikan, dapat membantu menjaga keseimbangan antara kehidupan tatap muka dan tatap maya.
Dengan pendekatan yang tepat, media sosial dapat menjadi alat yang kuat untuk membangun dan memperkuat hubungan sosial di era digital.
Narasumber:
Septia Winduwati, S.Sos., M.Si.
Dosen Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Untar
Program Studi Sarjana Ilmu Komunikasi
(KJ/YS/KJ)