Eksistensi media cetak di era ini memang mulai ditinggalkan akibat perkembangan teknologi digital. Apalagi dengan kemunculan media sosial, dimana semua orang dapat dengan mudahnya berbagi pesan, gambar, ataupun video, citizen journalism berkembang tanpa dibawahi payung hukum secara jelas.
Tetapi hal tersebut dibantahkan oleh Ricki Noor Rachman, Editor in Chief Radar Bogor, dalam kegiatan PRO’s Day Out ke-1 pada 29 Oktober lalu. “Saya mengibaratkan berita dengan donat. Untuk membuat donat, tentu bahan yang dibutuhkan harus lengkap, seperti tepung, telur, garam, dan lain-lain. Sedangkan di berita ada rumus dasar yaitu 5W + 1H.”
“Analoginya, si wartawan ini koki, keluar dari kantor mencari berita, mencari konfirmasi yang dibutuhkan, melakukan reportase, dan lainnya. Balik ke kantor, dimasak bahan-bahan itu menjadi sebuah artikel (donat). Kalau pencarian bahannya kurang, ya bentuk hasilnya gak sempurna. Donatnya jadi gak utuh. Setelah menjadi donat, berita dirombak oleh redaktur untuk dipercantik lagi biar lebih enak dibaca, gak ada kesalahan, dan lainnya. Kemudian, ketika produk dipasarkan, pertanyaan selanjutnya adalah apakah orang-orang mau makan donat itu?”
Pergeseran media cetak ke media digital membuat jurnalistik lebih variatif karena penyampaian pesan ke massa dapat melalui artikel berita, video, infografis, film dokumenter, ataupun medium lainnya. “Tentu semua orang bisa melakukan kegiatan jurnalistik, tetapi tetap harus dinaungi oleh payung hukum yang membatasi.”
PRO’s Day Out sendiri merupakan kegiatan tahunan UKMF PRO. Mengangkat tema “Kupas Media Cetak bersama Radar Bogor” bertujuan agar mahasiswa Fikom Untar mendapatkan wawasan dan pengetahuan tentang seluk beluk media cetak dan melihat praktik dunia pekerjaannya. Kezia Therezia Marpaung, selaku Ketua Pelaksana kegiatan ini berpesan, “Saya berharap dalam Webinar PDO 1 ‘Kupas Media Cetak’ dapat mengedukasi dan menambah wawasan kepada mahasiswa seputar media cetak.” (CA)